Thursday, March 9, 2017

MATERI KATEKESE: PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA


PETEMUAN PERTAMA Tujuan: memberi penjelasan tentang bagaimana pertemuan yang akan dijalani. Doa Pembukaan Ya Tuhan, Bapa yang ada di surga, kami merasa senang sekali sebab Engkau telah mempertemukan kami semua di tempat ini. Berkatilah kami supaya pertemua kami ini berguna bagi hidup kami terutama dalam mempersiapkan hati kami menerima tubuh dan darah-Mu dalam rupa roti dan anggur. Maka bantulah kami ya Tuhan. Amen. Hari ini adalah hari pertama kita belajar untuk menyambut komuni pertama. Saya senang dapat bertemu dengan dengan adek-adek semua. Supaya pelajaran persiapan komuni pertama ini berjalan dengan baik, kita diminta membawa Kitab Suci dan buku catatan karena kita akan banyak belajar dari Kitab Suci. Buku tulis sangat berguna kita pakai di sini untuk mencatat apa yang kita bahas selama pertemuan. Kita diminta untuk mencatat nama, tempat dan tanggal lahir, alamat dan kapan dibaptis di dalam atau di sampul bukumu. Buku catatan sebagai alat kita untuk mencatat dan mengulangi lagi atau menghapal pelajaran yang sudah kita pelajari. Dan buku ini akan kita berikan/laporkan kepada orang tua dengan maksud apabila ada kesulitan atau yang belum kita mengerti dapat kita tanyakan kepada orang tua. Maka jagalah buku catatanmu dengan baik dan harus dibawa setiap kali pertemuan. Setiap kali diadakan pertemuan, kita akan diberikan beberapa tugas. Sebagai tugas pertama kita diminta menulis doa Bapak Kami, Salam Maria dan Kemuliaan dan menghapalnya sampai lancar. Bila ada yang kurang jelas silahkan ditanyakan. Terima kasih. 

Doa Penutup: Bapa Yang Mahabaik, kami bersyukur atas segala kasih dan pernyertaan-Mu dalam hidup kami. Kami telah memulai pelajaran kami, sebagai langkah untuk mempersiapkan diri untuk menyambut Engkau dalam rupa roti dan anggur. Untuk itu, kami mohon kepada-MU bimbingan dan rahmat-Mu dalam menjalani panggilan hidup kami anak-anak-MU ini. Amen. 

PERTEMUAN KEDUA
Pelajaran I DOA DASAR 
Tujuan: menolong anak-anak supaya mengetahui dan menghayati doa serta dapat berdoa dengan baik dalam hidupnya. Apa itu doa? Berdoa berarti berbicara dengan Tuhan. Untuk itu sangat berguna bila saya bayangkan bahwa Tuhan hadir: bahwa Ia duduk di samping/ di hadapan saya, sebagai sahabat saya yang ramah dengan saya. Lalu saya mulai bersyukur dan berterima kasih atas segala yang telah saya terima dan saya mengungkapkan segala pengalaman hidupku baik suka dan duka. Tuhan saya jadikan sebagai sahabat saya yang setia mendengarkan segala persoalan hidupku dan permintaanku. Kehidupan Yesus selalu diwarnai doa, bahkan bersumber dan memuncak pada kegiatan doa. Ia mengajak para murid-Nya tekun berdoa. Para murid Yesus dan semua orang yang percaya kepada-Nya juga punya kebiasan berdoa. Doa-doa dasar ini merupakan contoh doa bagi orang beriman. Doa-doa ini dapat dilakukan secara pribadi maupun bersama. Tanda Salib Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin. Bapa Kami Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin. Salam Maria Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuh-Mu, Yesus. Santa Maria, bunda Allah, Doakanlah kami yang berdosa ini Sekarang dan waktu kami mati. Amin. Kemuliaan Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin. Doa Tobat Allah yang maharahim, aku menyesal atas dosa-dosaku. Aku sungguh patut Engkau hukum, terutama sebab aku telah menghina Engkau yang mahamurah dan mahabaik bagiku. Aku benci akan segala dosaku, dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu hendak memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah yang mahamurah, ampunilah aku, orang berdosa ini. Amin. Pengakuan Iman Syahadat Para Rasul Aku percaya akan Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi; dan akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria; yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus disalibkan, wafat dan dimakamkan; yang turun ke tempat penantian pada hari ketiga bangkit dari antara orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya akan Roh Kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan dan kehidupan kekal. 


 PERTEMUAN KETIGA
 Pelajaran II AKU BERSAMA KELUARGA 
Tujuan: Menolong anak agar semakin menyadari betapa menyenangkan hidup bersama keluarga. Doa Pembukaan Ya Tuhan yang baik hati kami berkumpul di tempat ini sebagai satu keluarga. Kami bergembira karena Engkau memberi kami oranga tua, bapak dan ibu, kakak dan adek. Terima kasih Tuhan karena mereka mencintaiku dan memberikan segala yang saya butuhkan. Bantulah Aku Tuhan untuk mencintai mereka semua. Amen. Adik-adik yang baik kita melihat sebuah gambar keluarga kita masing-masing di sana kita akan milihat bapak, ibu dan anak-anaknya. Mereka sedang bergembira, duduk bersama sambil bercakap-cakap. Bapak dan ibu memberi nasehat kepada anak-anaknya. Untuk lebih mendalami pelajaran ini, kepada kita akan diceritakan sebuah cerita. Ada seorang anak, namanya Andi. Suatu ketika dia ditinggal ayah-ibunya sendirian di rumah. Andi menjadi kesepian, takut dan tidak merasa aman sebab tidak ada temannya. Takut, kalau-kalau ia didatangi perampok dan mengalami saat-saat yang membosankan. Namun ketika ayah-ibunya pulang, ia sangat bergembira dan tidak takut lagi. Ia sungguh merasakan perlindungan justru bersama orang lain dalam keluarga. Adik-adik ternyata hidup bersama keluarga itu sangat menyenangkan karena dari keluarga kita: bapak-ibu, kakak dan adek kita merasakan kebahagian. Kita akan diperhatikan, dicintai. Bila ada tugas-tugas kita yang sulit kita akan dibantu. Dengan kata lain kehadiran ayah-ibu dan juga kakak dan adek sangat menyenangkan. Orang tua memberikan yang terbaik bagi kita mulai dari sejak kandungan sampai sekarang. Semua kebutuhan hidup kita dipenuhi dengan baik. Orang tua kita mau berkorban demi kita. Mereka menjaga kita supaya sehat selalu dan mengobati kita bila sakit dan membawanya ke dokter, menyekolahkan kita dengan baik. Kakan dan adek kita menjadi suka cita bagi kita. Mereka menjadi teman kita bermain, bekerja. Jika kita tidak bersama keluarga, kita merasa kesepian dan sedih karena tidak ada yang menjaga kita, tidak ada teman bermain, memperhatikan kita dan banyak lagi yang tidak mengenakkan yang kita rasakan. Untuk itu mari kita mencintai keluaga kita masing-masing: bapak-ibu, kakak dan adik-adik kita. Terima kasih. 
Tugas: Tulislah doa untuk ayah-ibu, kakak dan adikmu dan minggu depan akan kita baca bersama. 


PERTEMUAN KEEMPAT 
Pelajaran III MAKAN BERSAMA MENYENANGKAN 
Tujuan: Menolong anak untuk semakin menyadari bahwa kebersamaan dalam makan bersama sungguh menyenangkan. Adik-adik yang dicintai Tuhan, sebelum kita melanjutkan pelajaran ini, beberapa dari kita diminta untuk mengulagi mendoakan doa Bapak kami, Salam Maria, Kemuliaan (beberapa anak ditunjuk). Adik-adik yang baik, coba kita perhatikan gambar sebuah keluarga yang sedang makan bersama ini. Di sana kita melihat ada ayah-ibu dan anak-anaknya. Dengan melihat ini muncul pertanyaan kepada kita. • Pernahkah kamu makan bersama? Di mana? Kapan? Dengan Siapa saja? • Coba ceritakan singkat pengalamanmu ketika makan bersama? • Bagaimana perasaanmu saat itu ? • Mana lebih menyenangkan “makan bersama” atau “manakan sendirian”? Mengapa? Kita semua mempunyai pengalaman makan, baik makan bersama maupun makan sendirian. Pengalaman makan bersama selalu lebih menyenangkan. Bukan karena makanannya yang enak tetapi lebih karena makan bersama dengan orang lain baik orang tua, kakak-adik dan teman-teman kita yang lain. Kita dapat saling melayani dan dilayani, saling bercerita, saling berdoa bersama dan banyak hal lain lagi. Makan sendiri rasanya tidak enak, tidak ada selera makan dan tidak ada suasana kekeluargaan. Tugas: Coba tanyakan kepada ayah dan ibumu, mengapa makan bersama lebih menyenangkan dari pada makan sendiri? 


PERTEMUAN KELIMA 
PELAJARAN IV YESUS MEMANGGIL ANAK-ANAK (Mat 19: 13-15) 
Tujuan: Menolong anak-anak agar semakin menyadari bahwa Yesus mau bersahabat dengan anak-anak. Adik-adik untuk memulai pertemuan kita ini, kita bernyanyi, “Biar kanak-kanak datang padaKu, itu sabda Yesus, Dia memanggilKu. Kini aku datang siap menghadapMu, Ku datang pada-Mu Yesus memanggilku. Kita semua pasti merasakan kasih sayang ayah dan ibu kita. Misalnya mereka memeluk kita. • Pernahkah adik-adik melihat seorang ibu memeluk anaknya? • Mengapa ibu memeluk anaknya? • Pernahkah anak-anak dipeluk ayah-ibu? • Mengapa ayah dan ibu mau memeluk? Banyak tanda untuk menunjukkan kasih sayang. Misalnya “memeluk” sebagai tanda sayang . Mencium, menasehati, memanggil juga termasuk sebagai tanda sayang. Demikian ayah dan ibumu sayang kepadamu dan itu ditunjukkan dengan memelukmu dan menciummu. Yesus juga sangat mencintai kita semua. Hal ini dapat kita lihat dalam Markus 10: 13-16. Pada suatu hari ibu-ibu datang kepada Yesus. Mereka tidak datang sendirian. Mereka datang bersama dengan anak-anaknya. Melihat hal itu beberapa sahabat Yesus marah. Sahabat-sahabatnya ingin supaya Yesus tidak diganggu. Mereka menyurih ibu-ibu pergi. Tetapi Yesus berkata kepada sahabat-sahabatnya ingin supaya Yesus tidak diganggu. Mereka menyuruh ibu-ibu itu pergi. Tetapi Yesus berkata kepada sahabat-sahabatnya: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku.” Maka ibu-ibu dan anak-anak itu datang mendekati Yesus. Anak-anak duduk di sekitar Yesus, sambil memegangi jubah-Nya. Yesus bercakap-cakap dengan anak-anak. Kemudian Yesus meletakkan tangan-Nya ke atas kepala anak-anak itu dan memberkatii mereka. Ibu-ibu dan anak-anak merasa senang dekat pada Yesus. Yesus pun dekat dan senang dengan mereka. Adik-adik yang tercinta, sekarang kita memperhatikan gambar di bawah ini (Gambar Yesus bersama dengan anak-anak). Coba kita lihat bersama.  Coba sebutkan, siapa sajakah yang di gambar ini?  Untuk apa ibu-ibu datang kepada Yesus dengan anak-anak?  Siapakah yang melarang anak-anak datang kepada Yesus?  Apa yang dikatakan Yesus?  Mengapa Yesus mau memeluk dan memberkati anak-anak? Baiklah adik-adik, Memang Yesus amat sayang kepada anak-anak. Yesus mau memeluk dan memberkati, tanda bahwa Yesus sayang kepada anak-anak. Sekarang pun Yesus masih sayang kepada anak-anak yang ingin bertemu dengan Yesus. Oleh karena itu marilah kita berdoa kepada Yesus, supaya sekarang pun Yesus memberkati kita semua. “Tuhan Yesus, kami semua ingin bertemu dengan-Mu. Kami semua ingin diberkati. Kami semua ingin menjadi sahabat-sahabat-Mu. Amin. Sebagai tugas, buatlah sebuah doa, yang isinya ucapan syukur dan terima kasih kepada Yesus, sebab anak-anak boleh dekat dengan Tuhan Yesus. 


PERTEMUAN KEENAM 
PELAJARAN V YESUS MENCARI SAHABAT (Mat 4: 18-22) 
 Teman-temanku yang baik, kita telah belajar bagaimana Yesus memeluk dan memberkati anak-anak. Kalau tidak lupa kepada kita deberikan tugas untuk membuat doa. Baiklah, kita minta 5 orang untuk membacakan tugasnya (Bila tidak anda yang mau menawarkan diri, guru dapat memilih. Setelah selesai dibacakan oleh anak-anak, guru melanjutkan). Ternyata kita semua pintar-pintar dalam berdoa kepada Yesus dan saya yakin Tuhan Yesus pasti senang mendengarnya dan akan mengabulkannya. Sekarang pelajaran kita tentang Yesus mencari sahabat-sahabat-Nya. Untuk itu mari kita buka Kitab Suci yaitu injil Matius 4: 18-22. Mari kita baca secara bersama-sama dan lambat. Setelah kita membaca cerita Yesus yang mencari sahabat-sahabat-Nya, saya akan bertanya kepada teman-teman. 1. Di manakah Petrus dan Andreas ketika bertemu dengan Yesus? 2. Apa yang dikerjakan oleh Andreas dan Petrus? 3. Siapa yang mendekati mereka itu? 4. Apa yang dikatakan Yesus kepada mereka? 5. Apakah mereka bersedia? Kita telah membaca dan mendengar bahwa Yesus mendekati Petrus dan Andreas di tepi sebuah danau Galilea, ketika itu mereka sedang menjala ikan. Kemudia Yesus bersabda: “Ikutilah Aku” dan mereka mengikuti-Nya. Yesus ingin agar ke dua orang bersaudara itu menjadi sahabat-Nya. Yesus memanggil Petrus dan Andreas menjadi sahabat-sahabat-Nya. Yesus suka mencari sahabat. Yesus berusaha agar semua orang menjadi sahabat satu sama lain. Maka sampai sekarang pun Yesus masih mencari sahabat-sahabat-Nya dan menjadi sahabat bagi yang lain. Adik-adik atau kita semua dipanggil menjadi sahabat-sahabat Yesus karena kita sudah dibaptis. Dibaptis berarti menjadi anak Allah dan karenanya manjadi keluarga Allah. Maka satu sama lain adalah sahabat-sahabat Yesus juga. Yesus mencintai anak-anak. Demikian pertemuan kita kali ini, sekian dan terima kasih. Mari kita berdoa (salah dari anak-anak dipilih untuk memimpin doa penutup). 


PERTEMUAN KETUJUH 
PELAJARAN VI YESUS MEMILIH DUA BELAS RASUL (MATIUS 10: 1-4) 
Tujuan: menolong anak agar semakin menyadari bahwa Yesus membentuk kelompok persahabatan dengan para rasul. Dalam Injil Matius 10: 1-4 diceritakan bagaimana Yesus memilih dua belas rasul untuk menemani, mengikuti Yesus dalam perjalanan hidup-Nya. Kedua belas rasul itu ialah Simon yang disebut Petrus, Andreas, Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya. Filifus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot. Muncul pertanyaan dalam hati kita.  Mengapa Yesus memilih dua belas rasul?  Kolompok yang dipanggil Yesus itu disebut apa? Yesus memilih dua belas rasul supaya menjadi satu kelompok yang bersahabat. Satu sama lain saling mengasihi, membentuk persaudaraan atas nama Yesus. Inilah sekarang disebut Gereja, yaitu persaudaraan Kristen. Keluarga kristen. Umat Kristiani. Secara jelas tampak wilayah tertentu. Umat kritiani menjadi satu wilayah, dipimpin oleh pamong wilayah. Mereka itu menjadi sahabat satu sama lain, karena permandian. Mereka sama-sama dipanggil oleh Yesus, menjadi pengikut-Nya.  


PERTEMUAN KEDELAPAN 
Pelajaran VII Yesus memberi makan kepada banyak orang (Matius 14: 13-21) 
Tujuan: menolong anak agar semakin menyadari bahwa Yesus mencintai banyak orang dengan memberi makan roti. Semua mahluk hidup di dunia ini membutuhkan makanan dan minuman/air. Bila kita lapar makan pert kita perlu diisi. Kita yakin dan percaya bahwa kita setiap hari merasakan lapar atau perut kita keroncongan dan bila keroncongan itu tandanya perlu di isi dengan sesuatu yang dapa mengenyangkan yaitu makanan dan minuman. Di rumah bila kita lapar atau minta makan akan diberikan oleh orang tua kita atau kakak atau abang kita. Mereka memberi kita makanan karena cintanya kepada kita. Tetapi perlu kita sadari bahwa Yesuslah yang memberi kita makan lewat orang tua, abang-kakak. Yesus memberi kita makan sebagai tanda cintanya kepada kita. Ternyata yang mengasihi kita manusia tidak hanya orang tua. Yesus pun mengasihi orang banyak. Ia memberi roti kepada mereka. Ceritanya begini: Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melaihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hatinya oleh belaskasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya, dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Surulah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.” Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makanan.” Jawab mereka: “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ekor ikan.” Yesus bekata: “Bawalah kemari kepada-Ku.” Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambilnya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-baginya kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak. Untuk mendalami cerita di atas ini kepada kita disodorkan berbagai pertanyaan. 1. Siapa yang mencari Yesus? 2. Setelah menjelang malam, apa yang diusulkan rasul kepada Yesus? 3. Apa jawab Yeus? 4. Mengapa Yesus memberi makan kepada orang banyak? 5. Bagi orang-orang yang hadir saat itu, roti dari Yesus adalah tanda bahwa Yesus mencintai mereka. Apakah kita setuju dengan itu? Yesus tergerak hati-Nya, maka orang banyak disembuhkan. Tetapi tidak berhenti di situ, Yesus amat mencintai mereka. Para rasul seperti pikiran banyak orang, yaitu begitu melihat orang banyak kelihatan lelah, lapr dan hari menjelang malam, justru menyuruh pulang, untuk mencari makan sendiri. Sedangkan Yesus lain, justru Ia memberi kepada mereka makan. Pemberian makanan adalah tanda cinta. Yesus memang mencintai orang banyak. Pemberian roti inipun juga masih dilaksanakan kepada kita sekarang ini. Yesus masih memberikan roti agar orang tidak mati. Lebih-lebih memberi roti kehidupan bagi siapa yang percaya. Sebentar lagi, kitapun sebagai pengikut-Nya juga akan menerima roti kehidupan. Kita akan menerima roti suci dalam perayaab ekaristi nanti. Amin. Sebagai tugas, “Coba tanyakan kepada ayah dan ibu, apakah sekarang ini Tuhan Yesus masih memberi makan kepada kita.” 


PERTEMUAN KESEMBILAN 
Pelajaran VIII Yesus akan memberi roti kehidupan (Yoh 6: 22-59) 
Tujuan: menolong anak agar semakin menyadari bahwa Yesus menjanjikan roti kehidupan. Untuk membuka pertemuan ini ada baiknya bila kita mengingat kembali apa yang telah kita pelajari dalam Minggu yang lalu. Dikatakan, Yesus memanggil Petrus dan Andreas menjadi pengikut-Nya. Kemudian Yesus membentuk kelompok persaudaraan bersama dua belas. Yesus ingin supaya satu sama lain saling mengasihi, saling menjadi sahabat. Ia mencintai banyak orang, dengan memberi makan kepada mereka yang lapar. Sekarang kita akan berbicara mengenai Roti kehidupan. Yesus memberi makan kepada banyak orang. Yesus ingin supaya banyak lagi orang menerima roti dari-Nya. Ia tidak hanya memberi roti yang menyebabkan lapar menjadi kenyang, tetapi Yesus menjanjikan roti kehidupan. Yaitu roti yang dapat membuat hidup orang. Lebih-lebih bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Kisah ini dapat kita baca dalam Injil Yohanes 6: 22-59. Roti kehidupan adalah Yesus sendiri. Diri-Nya sebagai roti yang dapat memberi hidup bagi siapa saja yang mau menerimanya dengan kepercayaan. Sekarang kita melihat bayak orang percaya dan menghayati “apa yang dijanjikan Yesus” dengan menyambut Tubuh Kristus dalam perayaan ekaristi. Maka, sekarangpun kita boleh senang karena Yesus menjanjikan, akan memberi roti yang lebih berharga, yaitu roti yang menyebabkan orang tidak lapar lagi. Sebentar lagi kita akan menyambut komuni, kita percaya kepada Yesus, dan kita boleh menerima roti kehidupan juga. Sekarang mari kita mohon kepada Yesus supaya roti kehidupan itu diberikan kepada kita. “Yesus yang baik, kami senang mendengar janji-Mu, akan memberi roti kehidupan bagi kami. Kami semua ingin sekali selekas mungkin menerima itu. Namun kami semua baru mempersiapkan diri. Berilah semangat untuk tekun, sabar dalam mempersiapkan diri menyambut komuni pertama. 


PERTEMUAN KESEPULUH 
Pelajaran IX Yesus memberi “Roti Kehidupan”. (Mat 26: 26-29) 
Tujuan: Menolong anak agar semakin menyadari bahwa Yesus memberi diri-Nya sendiri. Pada hari kamis Putih malam, sebelum Yesus wafat, Ia mengadakan pesta perjamuan malam dengan para sahabat-Nya. Yesus tahu bahwa perjamuan itu adalah yang terakhir kali bersama mereka. Tetapi Yesus tidak mau meninggalkan mereka sama sekali. Maka Yesus mengambil roti, mengucap syukur, lalu membagi-bagi roti itu kepada para sahabat-Nya sambil berkata: “Terimalah dan makanlah, inilah Tubuh-Ku, yang dikurbankan bagimu.” Sesudah itu Yesus mengambil piala. Ia mengucap syukur lagi kepada Bapa-Nya dan mengedarkan piala itu kepada sahabat-Nya, sambil berkata: “Terimalah dan minumlah. Inilah piala darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa.” “Kenangkanlah Aku dengan merayakan peristiwa ini.” Yesus memberi diri-Nya sebagai rezeki kepada sahabat-sahabat-Nya. Itulah roti yang dijanjikan dulu. Karena pada malam perjamuan sebelum wafat-Nya, Yesus tahu bahwa perjamuan itu yang terkahir kali. Maka dalam perjamuan itu dilaksanakan janji-Nya dulu sesudah pembagian roti yang ajaib/Yesus memberi makan orang banyak dengan menggandakan lima roti dan dua ikan. Ia memberikan tubuh-Nya sendiri sebagai roti kehidupan dan darah-Nya sebagai piala keselamatan. Dan inilah yang sekarang kita lakukan dalam perayaan ekaristi. 


PERTEMUAN KESEBELAS 
Pelajaran X Yesus Membasuh Kaki Sahabat-sahaba-Nya (Yoh 13: 1-20) Minggu yang lalu kita membahas Roti Kehidupan yaitu Yesus sendiri. Kita dapat mengingat perayaan di Gereja kita yaitu pada Kamis putih, Yesus mengadakan perjamuan malam terakhir dengan para murid-Nya. Saat itu Ia memberikan suatu kenangan yang menarik, yaitu diri-Nya. Itulah yang dijanjikan sebagai “roti kehidupan.” Dan roti itu sekarang pun masih diterima oleh banyak orang yang percaya, yaitu dalam perayaan ekaristi. Saat ini kita akan membahas Yesus Membasuh Kaki Murid-murid-Nya. Untuk memulai itu, suatu pertanyaan dilemparkan kepada kita, “apakah kita pernah mendengar kata pelayan? Apa tugas pelayan itu? Di mana kamu dapat melihat pelayan tersebut? Dan kalau ditanya kepada kita, “Maukan kamu menjadi pelayan? Mengapa? Seoran pelayan adalah seorang yang mengutamakan atau menomorsatukan orang lain. Rela membantu orang lain terlebih dahulu dari pada mengutamakan kepentingannya sendiri. Pelayan harus menaati tuannya dan memberikan yang terbaik kepada orang yang diabdinya dan banyak hal lain lagi. Yesus Kristus menjadi teladan bagi kita. Hal itu ditunjukkan-Nya dengan rela membasuh kaki murid-murid-Nya. Ia memberi teladan agar para pengikut-Nya pun meneladan sikap melayani orang lain terlebih dahulu. Pada waktu Yesus mengadakan pesta perjamuan terakhir, Ia berbuat sesuatu yang tidak diduga sebelumnya oleh para murid-Nya. Ia menanggalkan jubahn-Nya, mengambil sehelai kain lenan dan mengikat-Nya pada pinggang-Nya. Kemudian Ia menuangkan air ke dalam basi, dan mulai membasu kaki murid-murid-Nya, lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Para murid-Nya heran dan tidak mengerti sebab apa Yesus melakukan itu. Setelah selesai membasuh Yesus menererangkan-Nya sendiri: “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jika Aku, Guru dan Tuhanmu, membasuh kakimu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu. Kamu mengikuti teladan-Ku dengan menunjukkan cinta kasih dan perhatian satu sama lain. Aku telah memberitahukan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” Sekarang kepada kita disodorkan beberapa pertanyaan. 1. Apa yang dilakukan Yesus terhadap murid-murid-Nya, sebelum pesta perjamuan malam? 2. Apa yang dikatakan Yesus setelah membasuh kaki murid-Nya? 3. Apa maksud Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya itu? 4. Apa yang hasus diteladan oleh para murid-Nya? Yesus telah memberikan roti kehidupan kepada siapa yang percaya. Semua pengikut-Nya akan menerima hidup apa bila makan roti kehidupan. Tetapi dilain pihak para murid atau siapa saja yang percaya dituntut untuk meneladan apa yang telah deperbuat-Nya, yaitu sanggup melayani satu sama lain. Maka mnerima Yesus dengan memikirkan yang lain lebih dahulu daripada kepentingannya sendiri. Memberi/menomorsatukan orang lain dhulu. Itulah memcintai orang lain. Dan itu pula kehendak Yesus, bagi siapa yang menjadi pengikut-Nya. Sekarang mari kita ingat segala pengalaman hidup kita masing-masing.  Pernakah saya menolong sesama yang membutuhkan?  Pertolongan macam apakah yang sudah saya berikan?  Berikanlah contoh melayani sesama di rumah, di sekolah? 


PERTEMUAN KEDUABELAS 
Pelajaran XI Yesus Bersama Kita 
Tujuan: Menolong anak agar semakin menyadari bahwa Yesus senantiasa berada di tengah-tengah kita. Doa Pembukaan Tuhan Yesus yang baik, kami ingin selalu bersama-Mu. Hadirlah bersama kami, dampingilah kami dalam pertemuan ini, supaya kami tetap hidup bersama-Mu. Amin. Setiap hari Minggu, bila kita memperhatikan dengan baik banyak orang pergi ke gereja. Mereka bangun pagi, mandi dan berpakaian yang rapi, bersih, lalu pergi ke gereja. Di gereja mereka berdoa bersama, bernyanyi bersama, dan akhirnya pulang. Setelah mendapat berkat dari Imam, mereka merasa bahagia, mantap pulang ke rumah setelah selama hampir satu setengah jam mengikuti perayaan ekaristi bersama. Mereka pergi ke gereja karena percaya akan sabda Yesus sendiri. “Kenangkanlah Aku dengan merayakan peristiwa ini.” Sabda Yesus ini mereka percayai sebagai dasar pergi ke gereja mengikuti perayaan ekaristi. Nah, di gereja kita dapat melihat banyak orang, artinya para pengikut-Nya, secara berkelompok, secara bersama-sama merayakan pertemuan dengan Yesus. Yesus hadir dalam persekutuan di dalam kelompok umat yang percaya. Yesus selalu ada ditengah-tengah kita kala kita berkumpul sebagai orang beriman. Yesus pernah bersabda: “di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Mat 18: 20). Kalau kita berkumpul untuk merayakan ekaristi, kita memenuhi perintah Yesus: “Kenangkalah Aku dengan merayakan peristiwa ini.” Yesus memberi diri-Nya kepada kita sebagai rezeki: “Makanlah, inilah tubuh-Ku. Minumlah, inilah Darah-Ku.” Rezeki ini mendatangkan kehidupan kekal, sebab Yesus datang sebagai” roti kehidupan”. Maka Ia tinggal bersama kita, menepati sabda-Nya: “Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam dia.” (Yoh 6: 56-58). 

 Doa Penutup Tuhan Yesus yang baik, kami sungguh ingin Engkau selalu bersama kami, seperti hari ini Engkau mendampingi kami. Terima kasih Tuhan. Amin. 


PERTEMUAN KETIGABELAS 
Pelajaran XII Menyambut Tubuh Kristus 
Tujuan: Menolong anak agar semakin menyadari bahwa menyambut Tubuh Kristus berarti bersatu dengan Kristus, sekaligus bersatu dengan uman yang lain. Doa Pembukaan Ya Tuhan Yesus, Engkau telah memberikan Tubuh-Mu kepada kami. Kami sudah rindu kepada-Mu, tolonglah agar kami semakin tekun mempersiapkan diri menyambut-Mu. Amen. Kita masih ingat sabda Yesus ketika pesta perjamuan malam. Ia mengatakan: “Ambillah dan makanlah, inilah tuhuh-Ku.” Jika kita menyambut hosti berarti menyambut tubuh Kristus sendiri. Ia hadir dalam hati kita. Di lain pihak umat juga menyambut tubuh Kristus, maka umat yang beranekaragam dipersatukan dalam Yesus. Karena roti yang satu, maka kita yang banyak menjadi satu, keluarga pengikut Kristus yang dipersatukan oleh satu roti kehidupan, yaitu tubuh Kristus sendiri. Sekarang coba kita pikirkan, apakah yang harus kita lakukan sebelum menyambut tubuh Kristus? Kita perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin, dengan mengikuti perayaan ekaristi. Kita ikut bersama umat yang lain aktif berdoa, bernyanyi bersama dan tidak lupa berdamai dengan sesama. Kita juga mempersiapkan batin kita masing-masing, agar hati kita pantas menerima kehadiran Yesus Kristus sendiri. Kita bersykur kepada Tuhan, karena boleh ikut serta bersama-sama umat yang lain merayakan ekaristi. 

 Doa Penutup Tuhan Yesus, kami sudah sangat rindu kepada-Mu. Sudah cukup lama kami bersama mempersiapkan diri, menyambut kedatangan-Mu dalam hati kami. Kami selalu agar kelak pada waktunya kami diperbolehkan menyambut-Mu, sehingga senantiasa Engkau bersama dengan kami. Amen.

SEMOGA BERMANFAAT!!!

Thursday, June 16, 2016

                                                                   EKSISTENSI


            Secara etimologis, kata eksistensi berasal dari kata latin existere. Kata existere sendiri merupakan gabungan dua kata ex yang berarti keluar dan sistenstia (sistere) yang berarti berdiri. Jadi, existere berarti berdiri keluar. Dengan “berdiri keluar” artinya manusia menemukan dirinya sebagai aku dengan keluar dari dirinya. Inilah kekhususan atau ciri khas manusia. Eksistensi adalah cara khas manusia berada di dunia. Di sebut khas karena cara ini hanya khusus bagi manusia, yang bereksistensi hanyalah manusia. Eksistensi itu tidak sama dengan berada. Semua benda atau binatang itu berada tetapi tidak bereksistensi. Filsafat yang berbicara tentang atau merefleksikan eksistensi manusia ini disebut filsafat Eksistensialisme.[1]
            Istilah eksistensi untuk manusia tidak memiliki keseragaman arti dalam filsafat kontemporer yang disebut Fenomenologi Eksistensial. Eksistensi memiliki arti tersendiri bagi setiap filsuf eksistensialisme. Tetapi, dalam keanekaragaman itu terdapat inti makna yang sama. Yang sama ialah bahwa dengan term ini mereka mau mengatakan tentang cara khas manusia berada. Manusia adalah subjek yang berada di tengah dunia dan berada di sana selalu dalam keadaan “terbuka bagi” dan “hubungan dengan.”[2]
Banyak istilah dipergunakan dalam menyebut manusia sebagai eksistensi. Karl Jaspers menggunakan mögliche existenze, Martin Heidegger menggunakan istilah in-der-Welt-Sein, Dasein Mitsein, Gabriel Marcel menggunakan Avoir affaire au monde (berurusan dengan dunia), Maurice Merleau Ponty, dengan perkataan etreau-monde, menyebutkan manusia adalah subject bound to the world, an embodied subjectivity in the world. Sementara itu, Jean Paul Sartre berbicara tentang kesadaran yang selalu terarah kepada yang bukan dirinya dan menyebut manusia itu summoning of being.[3]




[1] A. Snijders, Antropologi..., hlm. 25

[2] Albert Dondeyne, Contemporary European Thought and Christian Faith (Pittsburgh: Duquesne University Press, 1962), hlm. 29.
[3] Frederick Copleston, Contemporary Philosophy: Studies of Logical Positivism and Existentialism (London: Burns and Oates, 1963), hlm. 160-179.

Saturday, May 21, 2016

Salam Sejahtera ....

Saudara dan saudari yang terkasih di sini saya menjelaskan secara singkat apa itu sakramen babtis. Semoga bermanfaat !!!

APA ITU SAKRAMEN PEMBABTISAN?


Pada zaman sekarang, umat masih merindukan katekese untuk menambah pengetahuan atau pemahaman mereka tentang ajaran moral atau teologis gereja katolik. Katekese yang singkat dan jelas akan mempermudah mereka untuk mengingat dan melaksanakannya di dalam hidupnya. Kurangnya pemahaman umat terhadap ajaran katolik mungkin disebabkan karena minimnya katekese. Harapan saya semoga katekese ini bermanfaat bagi para pembaca.

                                                       
Pengertian Sakramen Babtis    
Sakramen adalah tanda rahmat Allah yang kelihatan pada manusia yang diadakan oleh Yesus dan dipercayakan kepada Gereja sebagai perbuatan Kristus dan Gereja, merupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan dan menguatkan iman, mempersembahkan penghormatan kepada Allah  serta menghasilkan pengudusan manusia. Oleh karena itu, baik pelayan dan umat haruslah merayakannya dengan penuh hikmat. Sakramen-sakramen Perjanjian Baru ditetapkan oleh Kristus. Ada tujuh sakramen yaitu: Sakramen Pembaptisan, Sakramen Ekaristi, Sakramen Krisma, Sakramen Perkawinan, Sakramen Pengakuan dosa, Sakramen Pengurapan dan Sakramen Imamat. Ketujuh sakramen ini mencakup semua tahap dan saat-saat penting kehidupan seorang Kristen, memberikan kelahiran dan pertumbuhan,penyembuhan dan perutusan kepada iman orang Kristen.

          Sakramen pembaptisan adalah dasar seluruh kehidupan Kristen, pintu masuk menuju kehidupan dalam Roh dan menuju sakramen-sakramen yang lain. Oleh pembaptisan kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah, kita menjadi anggota Kristus, dimasukkan dalam gereja dan ikut serta dalam perutusannya.
            Sesuai dengan inti ritusnya, membaptis berarti: mencelup, pencelupan ke dalam air. Ini melambangkan dimakamkannya katekumen ke dalam  kematian Kristus, ia keluar melalui kebangkitan bersama Dia sebagai “Ciptaan Baru”. Pembaptisan ini disebut juga penerangan, karena siapa yang menerima pelajaran (katekese) diterangi olrh Roh. Karena dalam pembaptisan ini ia menerima sabda, maka setelah menerima terang, ia menjadi putera terang. Pembaptisan adalah tanda pembebasan dari dosa dan benar-benar menyebabkan kematian terhadap dosa serta menghantar masuk ke dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus, karena orang yang dibaptis itu diikutsertakan dalam misteri Paskah Kristus. Atas cara yang paling nyata, pemberi pembaptisan berkata :….(Nama)…aku membaptis engkau atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
            Ada beberapa lambang atau forma yang digunakan dalam sakramen pembaptisan yaitu: Pertama, Air. Air pembaptisan yang sudah diberkati. Gereja berdoa kepada Allah supaya kekuatan Roh Kudus turun ke atas air ini melalui Putera-Nya, sehingga semua orang yang menerima pembaptisan di dalamnya dilahirkan air dan Roh. 
Kedua, Minyak Krisma. Minyak Krisma adalah minyak yang kudus, wangi yang diberkati oleh Uskup. Ini berarti Roh Kudus diserahkan kepada orang yang baru dibaptis. Ia menjadi seorang Kristen, artinya seorang yangdiurapi oleh Roh Kudus, digabungkan sebagai anggota dalam Kristus, yang telah diurapi menjadi imam, nabi dan raja. 
Ketiga, Kain Putih. Kain putih berarti orang yang telah dibaptis mengenakan Kristus (sebagai busana). Ia telah bangkit bersama Kristus.
Keempat, Lilin Baptis. Lilin Baptis yang dinyalakan berarti bahwa Kristus telah menerangi orang-orang yang telah dibaptis. Di dalam Kristus orang-orang yang dibaptis adalah “terang dunia”, sehingga orang yang dibaptis itu dijadikan menjadi anak Allah.

Beberapa Jenis Pembaptisan
  • Pembaptisan Anak. Sebenarnya anak-anak belum mengerti arti permandian yang mereka terima. Karena itu, orangtualah yang bertanggungjawab akan permandian anak-anaknya. Bapa-ibu harus mengerti akan arti dan makna permandian. Mereka harus belajar dan mendalami arti permandian itu sehingga merekabetul-betul menyadari mengapa dan untuk apa anak mereka dipermandikan.
  • Permandian orang Dewasa. Orang dewasa yang hendak dipermandikan berate telah menjalani masa katekumenat selama satu tahun. Setelah satu tahun menunjukkan niatnya masuk agama Katolik dan rajin ke Gereja, maka mereka dipermandikan.
  • Permandian Darurat. Permandian darurat adalah permandian yang dilaksanakan pada saat kritis atau bahaya dalam meninggal. Ini dapat dilaksakan oleh pengurus stasi.
  • Permandian Anak Perantau. Permandian anak perantau dapat diterima dan dilaksakan disuatu paroki tertentu, kalau ada surat pengantar (persetujuan) dari pastor parokinya (tempat tinggalnya). 







Sunday, May 15, 2016

SEJARAH PEMIKIRAN MASYARAKAT MADANI
           
Konsep Civil Society di Eropa
           
Konsep Civil Society lahir dari pergolakan politik dan masyarakat Eropa Barat yang mengalami proses transformasi dari pola kehidupan feodal menuju kehidupan masyarakat kapitalis. Jika dicari akar sejarah awalnya, maka perkembangan wacana Masyarakat Madani dapat diruntut mulai dari Cicero sampai pada Antonio Gramsci dan De Tocquiville.[1] Bahkan sebenarnya wacana masyarakat madani sudah mengemuka sejak masa Aristoteles (384-322 SM). Pada waktu itu masyarakat madani dipahami sebagai kenegaraan dengan menggunakan istilah koinonia politike, yakni sebuah komunitas percaturan tempat warga dapat terlibat langsung dalam berbagai percaturan ekonomi-politik dan pengambilan keputusan. Istilah koinonia politike dipakai oleh Aristoteles untuk menggambarkan sebuah masyarakat politis dan etis di mana warga negara di dalamnya berkedudukan sama di depan hukum.
Pemikiran Aristoteles ini kemudian diikuti oleh Marcus Tullius Cicero (106-43 SM).  Cicero menggunakan kata “Societe civiole” yakni sebuah komunitas yang mendominasi komunitas lain. Cicero lebih menekankan konsep Negara kota (City-state) yakni untuk mengembangkan kerajaan, kota dan bentuk korporasi lainnya sebagai suatu kesatuan yang terorganisir. Masyarakat sipil disebutnya sebagai sebuah masyarakat politik ( Political Society) yang memiliki kode hukum sebagai pengaturan hidup.[2]
Konsepsi civil society kemudian dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-1679 M) dan Jhon Locke (1632-1704). Menurut Hobbes, masyarakat madani harus memiliki kekuasaan mutlak agar mampu sepenuhnya mengotrol dan mengawasi secara ketat pola-pola interaksi (perilaku politik) setiap warga Negara. Sedangkan Locke berpendapat bahwa kehadiran masyarakat madani dimaksudkan untuk melindungi kebebasan dan hak milik setiap warga Negara. Konsekuensinya adalah masyarakat madani tidak boleh absolute dan harus membatasi perannya pada wilayah yang tidak bisa dikelola masyarakat dan memberikan ruang yang manusiawi bagi warga Negara untuk memperoleh haknya secara adil dan proprsional. 
            Kemudian pada tahun 1767 wacana masyarakat madani dikembangkan oleh Adam Ferguson dengan mengambil konteks sosio-kultural dan politik Skotlandia. Ia menekankan bahwa masyarakat madani pada sebuah visi etis dalam kehidupan bermasyarakat. Paham ini digunakan untuk mengantisipasi perubahan sosial  yang diakibatkan oleh revolusi industri dan munculnya kapitalisme serta mencoloknya perbedaan antara publik dan individu. Ferguson berharap bahwa publik memiliki spirit untuk mengahalangi munculnya kembali depositme karena dalam masyarakat madani itulah solidaritas sosial muncul dan diilhami oleh sentimen moral dan sikap saling menyayangi serta saling mempercayai antar warganegara secara alamiah.
            Pada tahun 1972 Thomas Paine memunculkan aksentuasi yang berbeda. Ia menggunakan istilah masyarakat madani sebagai kelompok masyarakat yang memiliki posisi secara diametral dengan Negara, bahkan dianggapnya sebagai anti tesis dari negara. Baginya  masyarakat madani adalah ruang di mana warga dapat mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentingannya secara bebas dan tanpa paksaan. Paine juga mengidealkan terciptanya suatu gerakan yang menjadi domain masyarakat di mana intervensi Negara di dalamnya merupakan aktivitas yang tidak sah dan tidak dibenarkan. Oleh karena itu, masyarakat madani harus lebih kuat dan mampu mengontrol Negara demi kebutuhannya.
            Selanjutnya  civil society dikembangkan oleh GWF Hegel (1770-1832 M) dan Karl Marx (1818-1883) serta Antonio Gramsci (1891-1873). Ketiga tokoh ini menekankan bahwa masyarakat madani sebagai elemen ideologi kelas dominan. Menurut Hegel masyarakat madani merupakan kelompok subkordinatif dari Negara. Ada tiga entitas dari struktur sosial yakni keluarga, masyarakat madani, dan Negara. Sedangkan Karl marx memahami masyarakat madani sebagai “masyarakat borjuis” dalam konteks hubungan produksi kapitalis, keberadaannya merupakan kendala bagi pembebasan masyarakat tanpa kelas. Sedangkan Antonia Gramsci lebih melihat masyarakat madani dari segi ideologis. Bila Marx menempatkan masyarakat madani pada basis material, maka Gramsci meletakkannya pada superstruktur berdampingan dengan negara yang ia sebut sebagai political society. Masyarakat madani merupakan tempat perbuatan posisi hegemonik di luar kekuatan negara.
            Pada periode berikutnya wacana masyarakat madani dikembangkan oleh Alexis de’ Tocqueville (1805-1859 M). Ia mendasari pemikirannya pada pengalaman demokrasi Amerika dengan mengembangkan teori masyarakat madani sebagai entitas penyeimbangan kekuatan negara. Bagi de’ Tocqueville, kekuatan politik dan masyarakat madanilah yang menjadikan demokrasi di Amerika mempunyai daya tahan. Dengan terwujudnya pluralitas, kemandirian dan kapasitas politik di dalam masyarakat madani, maka warga negara akan mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara. Berbeda dengan para hegelia, ia lebih menekankan masyarakat madani sebagai suatu yang apriori subordinatif terhadap negara. Ia bersifat otonom dan memiliki kapasitas politik cukup tinggi sehingga mampu menjadi kekuatan penyeimbang (balancing force) untuk menahan kecenderungan intervensi negara. Bahkan menurutnya masyarakat madani menjadi sumber legitimasi negara serta pada saat yang sama mampu melahirkan kritis reflektis (reflective-force) untuk mengurangi frekuensi konflik dalam masyarakat sebagai akibat proses formasi modern. 
            Model pengembangan masyarakat madani yang ditawarkan oleh Gramsci dan Tocqueville di atas yang menjadi inspirasi gerakan pro demokrasi di Eopa Timur dan Tengah sekitar dasawarsa 80-an. Gagasan tentang masyarakat madani kemudian menjadi semacam landasan ideologis untuk membebaskan diri dari cengkeraman negara  yang secara sistematis melemahkan daya kreasi dan kemandirian masyarakat.


Masyarakat Madani (civil society) di Indonesia
Masyarakat Madani (civil society) muncul di Indonesia sekitar tahun 90-an. Konsep masyarakat Madani sebenarnya sudah lama berkembang di Barat yang kemudian lambat laun menghilang. Wacana masyarakat madani kemudian kembali dihidupkan dan dikembangkan sebagai wacana politik cultural modern yang kemudian dikaji dan dikembangkan juga di Indonesia.
Dalam sejarah Indonesia, masyarakat sipil sudah ada sebelum Republik Indonesia lahir, bahkan sebelum abad 20. Pedagang Islam (Dag Serikat Islam), misalnya, yang dibentuk pada tahun 1908 oleh Haji Samanhudi, di Solo, Jawa Tengah. Selain itu, Kyai Haji Achmad Dachlan mendirikan asosiasi sosial dan keagamaan, Muhammadiyah, yang didirikan di Yogyakarta sebuah klinik dan panti asuhan yang menawarkan anak asuh, perawatan medis untuk orang tua, dan bahkan desa dan bantuan bantuan hukum. Pada tahun 1926, Kyai Haji Hasyim Asy'ari dan Kyai Haji Wahab Hasbullah mendirikan Nahdhatul Ulama di Surabaya. yang didasarkan pada model asrama sekolah Islam tradisional bahasa Indonesia yang disebut pesantren. Setelah itu beberapa organisasi Islam bermunculan, seperti Al Washiliyah di Sumatera Utara, Tarbiyah Islamiyah di Sumatera Selatan, Nahdhatul Wathan di Nusa Tenggara Barat, Al Khairaat di Sulawesi Tengah, dan Al Irsyad di Jawa Tengah, untuk menyebutkan hanya lebih penting organisasi Islam. Hal ini tentunya mengejutkan, karena pada saat itu sektor swasta pribumi belum menjadi jelas terlihat.
            Perjuangan masyarakat madani di Indonesia pada awal pergerakan kebangsaan kemudian dilanjutkan oleh Soeltan Syahrir pada awal kemerdekaan. Jiwa demokrasi Soeltan Syahrir ternyata harus menghadapi kekuatan represif baik dari rezim Orde Lama di bawah pimpinan Soekarno maupun rezim Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto, tuntutan perjuangan transformasi menuju masyarakat madani pada era reformasi ini tampaknya sudah tak terbendungkan lagi dengan tokoh utamanya adalah Amien Rais dari Yogyakarta.
Ruslan Abdul Ghani mengatakan bahwa Indonesia mengalami tiga periode pertumbuhan: kemerdekaan Indonesia periode (1945-1959), yang merupakan periode bangunan negara; periode 1959-1967, yang merupakan periode bangsa dan pembentukan karakter; dan periode dari tahun 1967 hingga saat ini, yang merupakan periode perkembangan ekonomi. Meskipun ketepatan klasifikasi ini dapat dipertanyakan, tentu ini periode awal kemerdekaan nasional merupakan periode perkembangan nasional, ditandai dengan pembuatan tiga konstitusi, pemilihan umum dan penyusunan konstitusi baru oleh dewan konstitusi yang dihasilkan dari pemilihan umum.[3]
Pada masa kemerdekaan awal, tanda-tanda munculnya masyarakat sipil masih belum jelas. Tapi sejak 1940-an, pers yang independen dan kritis telah mengumpulkan kekuatan, buku telah diterbitkan, dan universitas telah terlihat tumbuh dan diartikulasikan kebebasan platform berbicara. Dari universitas telah muncul tokoh-tokoh ilmiah dan intelektual yang telah terlihat pada tingkat nasional. Pada tahun 1950, gerakan mahasiswa menjadi sangat terlihat, baik dari dalam atau luar universitas. Namun yang paling mencolok pada saat itu adalah partai politik, termasuk organisasi besar seperti Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia), yang memakai peran sebuah partai Muslim modernis; NU (Nahdhatul Ulama), yang mewakili Muslim tradisional; PM (Partai Nasional Indonesia), yang mewakili kelompok nasionalis, dan PKI (Partai Komunis Indonesia), yang dipimpin oleh kaum sosialis. Juga termasuk adalah partai kecil seperti PSI (Partai Sosialis Indonesia), sebuah organisasi payung untuk kelompok demokratis sosial; Partai Katolik dan Parkindo (Partai Kristen Indonesia), yang menyediakan tempat bagi aspirasi Kristen, dan beberapa partai kecil lainnya .
Pasar ini juga diperkuat oleh pelaku ekonomi kecil dan menengah. Tulang punggung perekonomian adalah perusahaan asing, yang masih mampu memberi kontribusi pajak ke negara itu. Sejak tahun 1959, bagaimanapun, skala besar nasionalisasi dilakukan. Dengan tidak adanya perusahaan asing besar (yang sudah dinasionalisasi atau memiliki kegiatan mereka dihapus), usaha kecil mampu tumbuh dalam sistem ekonomi terpimpin. Jelas, usaha kecil mampu membuat ketentuan untuk masyarakat sipil, meskipun sebagian dari mereka didukung oleh dana asing, terutama di kalangan Kristen / Katolik. Organisasi keagamaan masih mampu mempertahankan yayasan keagamaan dan nasional, yang menjadi partai pendukung di tingkat akar rumput.
Di bawah perlindungan sebuah demokrasi terpimpin dan sistem ekonomi, bangsa ini mampu mandiri. Di bawah kepemimpinan BUMN milik nasional dan koperasi, ekonomi sosialis dicoba. Meskipun negara ini sangat menekan kehidupan masyarakat sipil yang berkembang pada periode demokrasi liberal, organisasi-organisasi sipil mampu menunjukkan vitalitas mereka di bawah tekanan dari demokrasi terpimpin.
            Di Indonesia pada awal pertumbuhannya yang dimulai dengan Revolusi pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa kita sepakat untuk berbangsa dan bernegara dengan bentuk Republik yang berarti bahwa kekuasaan dan kedaulatan negara sepenuhnya ditangan Rakyat. Hal ini sesungguhnya telah menjadi momentum awal penghapusan sistem feodal kenegaraan yang kurun waktu sebelumnya berkuasa di belahan Nusantara. Bentuk Republik ini telah memberikan angin segar dan penghapusan penindasan dan ketidakberdayaan rakyat yang dialami selama kurang lebih tiga setengah abad yang lalu.
            . Salah satu prinsip pembangunan sosial tetap bertahan dan berkembang di bawah Orde Baru, namun rusak, dan itulah prinsip ekonomi nasional pengembangan, yang datang ke sendiri di tahun tujuh puluhan-an dan awal tahun delapan puluhan. Nilai-nilai sosial pembangunan di Indonesia berakar pada perjuangan anti-kolonial, dalam analisis eksploitasi kolonial dan keterbelakangan, dan dalam pemulihan lebih tua nilai-nilai komunal dicampur dengan semangat baru sosialisme. Pembangunan nasional sebagai sosial termasuk nilai semua ini dan di bawah Soekarno termasuk banyak dari nilai-nilai sosial dan prinsip internasional (yang memunculkan misalnya untuk Konferensi Bandung), yang juga selamat di Soviet Rusia. Dan lebih jauh termasuk keyakinan bahwa kedua negara dan ekonomi harus dihukum bekerja untuk ini nilai sosial. Kita tahu revolusi datang pada tahun 1998, ada pembicaraan sangat sedikit nilai-nilai lainnya. Pembicaraan itu dari kebebasan sipil, seperti kebebasan pers dan kebebasan berserikat - dimengerti, ketika ini tampak begitu luas di tempat lain dan ditolak di Indonesia; dan berbicara adalah tentang bagaimana korupsi telah terhenti pembangunan nasional. Dalam pemikiran ini Indonesia berbeda dari Rusia dan Eropa Timur.[4]
            Namum realitas yang ada sesudah diberlakukannya sistim pemerintahan republik di Indonesia, penindasan dan ketidakberdayaan rakyat terhadap penguasa masih berlaku. Pada masa orde Lama dan Orde baru justru “Neofeodalisme” masih berlaku dan bahkan sudah sangat sulit untuk dihilangkan. Kekuasaan dan kedaulatan ditangan rakyat hanya sebatas “retorika” dari para penguasa. Arti kedaulatan rakyat yang didambakan dan dicita-citakan yang telah dirumuskan secara jelas sebagai dasar negara masih belum berjalan secara maksimal. Hal ini berimplikasi pada sikap penguasa rezim orde lama dan orde baru yang cenderung menampakkan sikap sebagai penguasa ketimbang sebagai pamong. Berbagai perintah, petunjuk dan arahan secara dominan masih mewarnai komunikasi antara pejabat dan rakyatnya. Selain hal tersebut warisan penjajah kolonial pun masih tampak dikalangan kelompok warga tertentu yang kebetulan memiliki strata sosial yang lebih tinggi dari kelompok lainnya.
Disisi lain, masyarakat Indonesia pada dasarnya masih “enggan” untuk melepaskan diri dari tatanan lama, masyarakat terbiasa dengan sikap ketergantungan pada penguasa atau pimpinan, yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan loyalitas yang sempit. Hal ini terbukti dari perspektif teoritis tentang watak hubungan negara-masyarakat. Padahal, dominasi negara atas masyarakat menjadi ciri utama Pemerintahan Orde Baru di mana kehidupan politik di Indonesia amat sangat diwarnai dan didominasi oleh negara.
Konsep “Masyarakat Madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep “civil society”. Di Indonesia, orang yang pertama mengungkapkan istilah ini ialah Anwar Ibrahim dan kemudian dikembangkan oleh Nurcholis Madjid. Anwar Ibrahim menyatakan bahwa:
Masyarakat madani adalah Sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dan kestabilan masyarakat. Masyarakat mendorong daya usaha serta inisiatif individu baik dari segi pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintahan,mengikuti undang – undang dan bukan nafsu atau keinginan individu, menjadikan keterdugaan atau predicatability serta ketulusan atau transparancy sistem.[5]
        Konsepsi civil society di Indonesia menurut Madjid pada awalnya lebih merujuk pada dunia Islam yang ditunjukan oleh masyarakat kota Arab. Sebaliknya, lawan dari kata atau istilah masyarakat nonmadani adalah kaum pengembara, badawah, yang masih membawa citranya yang kasar, berwawasan pengetahuan yang sempit, masyarakat puritan, tradisional penuh mitos dan takhayul, banyak memainkan kekuasaan dan kekuatan, sering dan suka menindas, dan sifat-sifat negatif lainnya. Keadaan masyarakat nonmadani ini menurut Suwardi seperti yang ditunjukan oleh perilaku manusia Orde Baru yakni pada saat itu ada mitos bahwa hanya Soeharto saja yang mampu memimpin bangsa dengan menggunakan kekuatan ABRI untuk mempertahankan staus quo. Lebih lanjut ditambahkan oleh Suwardi bahwa ada satu hal yang perlu dipahami yaitu masyarakat madani bukanlah masyarakat yang bebas dari senjata atau ABRI (sekarang TNI); civil society tidak berkebalikan dengan masyarakat pimpinan TNI seperti yang banyak diasumsikan orang awam.
            Istilah madani sebenarnya berasal dari bahasa Arab, madaniy. Kata madaniy berakar dari kata kerja madana yang berarti mendiami, tinggal, atau membangun. Kemudian berubah istilah menjadi madaniy yang artinya beradab, orang kota, orang sipil, dan yang bersifat sipil atau perdata. Dengan demikian, istilah madaniy dalam bahasa Arabnya mempunyai banyak arti. Konsep masyarakat madani menurut Madjid kerapkali dipandang telah berjasa dalam menghadapi rancangan kekuasaan otoriter dan menentang pemerintahan yang sewenang-wenang di Amerika Latin, Eropa Selatan, dan Eropa Timur.
            Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society juga berdasarkan pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW pada tahun 622M. Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun (masyarakat yang berperadaban) yang diperkenalkan oleh Ibn Khaldun dan konsep Al Madinah al fadhilah (Madinah sebagai Negara Utama) yang diungkapkan oleh filsuf Al Farabi pada abad pertengahan. Kaum reformis yang anti status quo menjadi semakin besar dalam menuntut terealisirnya masyarakat madani. Masyarakat madani yang mereka harapkan adalah masyarakat yang lebih terbuka, pluralistik, dan desentralistik dengan partisipasi politik yang lebih besar, jujur, adil, mandiri, harmonis, memihak yang lemah, menjamin kebebasan beragama, berbicara, berserikat dan berekspresi, menjamin hak kepemilikan dan menghormati hak-hak asasi manusia.
            Dari realitas tersebut diatas ancaman disintegrasi bangsa terhadap negara Kesatuan Republik Indonesia akan terjadi jika pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk mencarikan solusi dan strategi yang terbaik dalam mengantisipasi dampak negatif dari perubahan itu sendiri. Wacana Masyarakat Madani atau Civil Society menjadi sebuah keharusan untuk kemudian menjadi salah satu alternatif dari upaya penciptaan tatanan masyarakat hukum yang terbebas dari penindasan dan ketidakadilan. Yang kemudian pada akhirnya akan mengantar bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia menuju tatanan Masyarakan Baru.[6]






[1] Untuk informasi lebih lengkap dapat di lihat di http://en.wikipedia.org/wiki/Civil society, 10 Maret 2012.; Bdk. Stefano Harney dan Rita Olivia, Masyarakat Sipil dan Organisasi Masyarakat Sipil di Indonesia (Jenewa: Kantor Perburuhan Internasional, 2003), hlm. 18-19.

[2] M. Dawam Raharjo, Sejarah Agama dan Masyarakat Madani dalam Membongkar “Mitos” Masyarakat Madani (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,  2001), hlm. 18.

            [3] M. Habib Chirzin, Perkembangan Masyarakat Sipil di Indonesia dan Peran Organisasi Sukarela dalam http://i-epistemology.net/communication-a-human-development/1116-the-development-of-civil-society-in-indonesia-and-the-role-of-voluntary-organizations.html, 2 Maret 2012. 

                [4] Bdk. Stefano Harney dan Rita Olivia, Masyarakat Sipil ..., hlm. 26.

[5] M. Dawan Rahardjo, “Masyarakat Madani di Indonesia, Sebuah Penjajakan Awal”, dalam Paramadina, Vol. I, No. 2 (Jakarta: 1999), hlm. 23.

            [6] “Wacana Masyarakat Madani dalam http:// sosbud.kompasiana.com/.../wacana-masyarakat-madani-di-indonesia, 10 Maret 2012.