Thursday, June 16, 2016

                                                                   EKSISTENSI


            Secara etimologis, kata eksistensi berasal dari kata latin existere. Kata existere sendiri merupakan gabungan dua kata ex yang berarti keluar dan sistenstia (sistere) yang berarti berdiri. Jadi, existere berarti berdiri keluar. Dengan “berdiri keluar” artinya manusia menemukan dirinya sebagai aku dengan keluar dari dirinya. Inilah kekhususan atau ciri khas manusia. Eksistensi adalah cara khas manusia berada di dunia. Di sebut khas karena cara ini hanya khusus bagi manusia, yang bereksistensi hanyalah manusia. Eksistensi itu tidak sama dengan berada. Semua benda atau binatang itu berada tetapi tidak bereksistensi. Filsafat yang berbicara tentang atau merefleksikan eksistensi manusia ini disebut filsafat Eksistensialisme.[1]
            Istilah eksistensi untuk manusia tidak memiliki keseragaman arti dalam filsafat kontemporer yang disebut Fenomenologi Eksistensial. Eksistensi memiliki arti tersendiri bagi setiap filsuf eksistensialisme. Tetapi, dalam keanekaragaman itu terdapat inti makna yang sama. Yang sama ialah bahwa dengan term ini mereka mau mengatakan tentang cara khas manusia berada. Manusia adalah subjek yang berada di tengah dunia dan berada di sana selalu dalam keadaan “terbuka bagi” dan “hubungan dengan.”[2]
Banyak istilah dipergunakan dalam menyebut manusia sebagai eksistensi. Karl Jaspers menggunakan mögliche existenze, Martin Heidegger menggunakan istilah in-der-Welt-Sein, Dasein Mitsein, Gabriel Marcel menggunakan Avoir affaire au monde (berurusan dengan dunia), Maurice Merleau Ponty, dengan perkataan etreau-monde, menyebutkan manusia adalah subject bound to the world, an embodied subjectivity in the world. Sementara itu, Jean Paul Sartre berbicara tentang kesadaran yang selalu terarah kepada yang bukan dirinya dan menyebut manusia itu summoning of being.[3]




[1] A. Snijders, Antropologi..., hlm. 25

[2] Albert Dondeyne, Contemporary European Thought and Christian Faith (Pittsburgh: Duquesne University Press, 1962), hlm. 29.
[3] Frederick Copleston, Contemporary Philosophy: Studies of Logical Positivism and Existentialism (London: Burns and Oates, 1963), hlm. 160-179.